Puslapdik- Hai, para pemburu beasiswa, baik beasiswa S1, S2, atau S3, nih ada buku yang layak dibaca dengan benar. Buku ini berjudul “Beasiswa Pemutus Mata Rantai Kemiskinan” karya Dr. Abdul Kahar, M.Pd. Beliau ini pakarnya soal beasiswa. Tahun 2012 sampai 2017 dipercaya sebagai Direktur Dana Kegiatan Pendidikan di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Lantas tahun 2020 sampai sekarang (2022) diberi tugas sebagai Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Melalui kedua lembaga yang berfokus pada pembiayaan pendidikan, termasuk beasiswa, Abdul Kahar dipanggil ‘Ayahanda’ oleh para penerima beasiswa,baik di dalam maupun di luar negeri.
Buku ini diluncurkan pada Senin, 7 Februari 2022 kemarin, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-58. Peluncuran buku tersebut dimoderatori oleh Kang Maman Suherman, seorang penulis, mantan wartawan, dan pernah aktif di acara Indonensia Lawak Club (ILC) di sebuah statiun televisi. Peluncuran buku tersebut dihadiri secara daring antara lain oleh Kepala LLDIKTI Wilayah II Prof Yuliansyah, SE., Raeny, mahasiswi penerima Bidikmisi yang kini sedang menempuh S3 di Universitas Birmingham, Inggris. Hadir juga secara luring Dodiek Pranata Wijaya, penerima Bidikmisi angkatan 1 tahun 2010 yang kini dipercaya sebagai staf presidensial RI di G-20.
Menurut Kang Maman, buku “Beasiswa Pemutus Mata Rantai Kemiskinan” ini sangat lengkap. Tidak hanya mengungkap beasiswa dari sisi kebijakan dan perundang-undangan, tapi yang sangat penting, buku ini memberi panduan kepada siapa saja yang tertarik untuk meraih beasiswa.
“Buku sangat penting dibaca para pemburu beasiswa karena ada bab tentang cara cerdas meraih beasiswa, strategi jitu mendapatkan beasiswa impian, serta ada ragam beasiswa yang yang disediakan pemerintah maupun swasta, “kata Kang Maman.
Penulis buku, Abdul Kahar, mengungkapkan, penulisan buku tersebut dilatarbelakangi oleh, pertama, fakta,bahwa Indonesia menghadapi bonus demografi.Bonus itu akan diraih Indonesia bila SDMnya dipersiapkan dengan baik melalui pendidikan. Kedua, Masih ada anggapan di kalangan anak muda, bahwa mendapatkan beasiswa itu sulit.
“Selain kedua hal itu, saya juga ingin memberi bimbingan, bahwa beasiswa itu sifatnya kompetitif sehingga perlu mempersiapan serta perlu membangun optimisme, “katanya.
Buku ini memuat antara lain potret realitas pendidikan dan kemiskinan di Indonesia, cara cerdas mendapatkan beasiswa, dan strategi jitu mendapatkan beasiswa. Ada juga bab yang memuat bahwa siapapun yang tertarik untuk mendapatkan beasiswa perlu memantaskan diri dengan melakukan upaya agar layak dapat beasiswa,seperti kursus Bahasa Inggris, tidak menunda-nuda waktu, dan sebagainya.
“Di bab terakhir, ada testimoni dan kalimat-kaliman motivasi dari beberapa peraih beasiswa, baik dalam maupun luar negeri,”kata Abdul Kahar.
Terima kasih Pak Abdul Kahar
Raeny, mahasiswi penerima Bidikmisi yang pernah viral karena saat wisuda S1 diantar oleh becak yang digowesi oleh ayahnya yang memang tukang becak, berterima kasih pada Abdul Kahar.
“Saya pernah nekad berkunjung ke kediamannya Pak Abdul Kahar untuk berkonsultasi agar bisa mendapatkan beasiswa, dan saya bahkan menginap di rumahnya, “kata wanita yang meraih S2 nya melalui beasiswa LPDP ini dan kini sedang melanjutkan S3 juga melalui LPDP di Inggris.
Sedangkan Dodik Pranata Wijaya bercerita, bahwa dirinya pernah berkomunikasi lewat telepon dengan Abdul Kahar pada jam 04.00 dini hari. “Bayangkan, beliau menjawab sms saya pada dini hari sebelum Sholat Shubuh hanya untuk merespons sms saya. Ini menandakan bahwa beliau memang layak jadi orang tua kami,para penerima beasiswa, “kata Dodik yang S3 nya tertunda karena dipercaya menjadi Staf Khusus Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan kini menjadi Staf Presidensial G-20 di Kementerian Tenaga Kerja.
Menurut Dodiek, pemberian beasiswa bukan hanya mewujudkan mimpin bangsa Indonesia untuk maju, tetapi juga mengabulkan doa-doa para orang tua di sepertiga malam,
“Menurut saya, buku ini layak jadi kitab suci bagi para pemburu beasiswa, “katanya.
Hal yang sama dikatakan Prof. Yuliansyah. “Buku ini sangat menarik, eye catching dan komprehensif, “kata guru besar Universitas Lampung yang sempat gagal7 kali dalam permohonan beasiswanya.