Jakarta– Andi Nurliana layak bangga menjadi salah seorang yang pernah menerima bantuan pendidikan dari pemerintah, yakni Bidikmisi pada tahun 2017 lalu di Program Studi Tata Busana Fakultas Teknik-Universitas Negeri Makasar dan lulus dengan predikat cumlaude dan menjadi wisudawati terbaik tahun 2021.
Betapa tidak, Liana—-nama akrabnya,— yang lahir di Desa Polewali, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, saat usianya baru dua tahun, orang tuanya harus berimigrasi ke daerah pelosok di Dusun Dunru, Desa Pationgi, Kecamatan Patimpeng, juga di Kabupaten Bone. Namun, Desa Pationgi tersebut bisa dikatakan daerah terpencil. Untuk mencapai sekolah dasar terdekat, perlu waktu empat jam dengan berjalan kaki begitu juga saat pulang ke rumah. Tak heran, di desa tersebut, banyak siswa putus sekolah karena tak sanggup menempuh perjalanan sejauh itu setiap harinya. Menyadari hal itu, orang tua Liana kembali ke desa kelahirannya di Libureng untuk bersekolah.
Namun, saat lulus sekolah dasar dan ingin melanjutkan ke SMP, di desanya tidak ada jenjang SMP. Liana bersyukur punya orang tua yang selalu mendukung apapun yang terbaik untuk pendidikannya. Orang tuanya punya prinsip, Liana harus bersekolah setinggi-tingginya agar kehidupannya lebih baik. Dengan prinsip itu, Liana bersekolah di tempat yang jauh dan numpang di salah satu kerabatnya. Begitu juga saat masuk ke SMK, Liana juga numpang di kerabat lain. Saat itu, tak terpikir di benak Liana untuk bisa kuliah di perguruan tinggi.
“Lulus SMP saya langsung masuk SMK dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan lebih cepat, tak terpikir bisa kuliah, “kata Liana.
Namun, Tuhan punya kehendak lain. Menjelang lulus SMK tahun 2017 lalu, Liana mencoba mendaftar Bidikmisi dan lantas mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi. Lianapun dinyatakan diterima di UNM dan memperoleh bantuan Bidikmisi. Liana tak menyangka bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi dengan bantuan pendidikan dari pemerintah. Bahkan tahun 2022 lalu, Liana berhasil memperoleh Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek skema pelaku budaya di jenjang S2 Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Makasar.
“Saya tidak pernah membayangkan akan tiba di titik ini, dahulu saya hanya berpikir sekolah sampai tamat SMK itu sudah sebuah kesyukuran”, kenang gadis berusia 25 tahun ini.
Soal alasannya memilih prodi Pendidikan Seni Rupa di jenjang S2, Dikatakan Liana,dirinya suka prodi yang terkait desain dan budaya, dan Liana berharap, melalui prodi Pendidikan Seni Rupa bisa belajar lebih dalam tentang budaya.
Baca juga : Berawal Dari Dana KIP Kuliah, Jadi Bisnis Beromzet Miliaran
Aktif di berbagai kegiatan
Melihat ke belakang saat masih duduk di jenjang S1, Liana aktif di berbagai kegiatan luar kampus, salah satunya menjadi relawan pendidikan untuk daerah pelosok, yakni di Desa Pationgi, tempat Liana dan orang tuanya dulu pernah berkebun. Di desa tersebut, Liana menjadi relawan pembelajaran kelas jauh di SD Inpres 52/8 Pationgi yang diprakarsai kakak ibunya. Melalui kegiatan itu,setiap sore, Liana mendatangi rumah warga untuk memberikan edukasi betapa pentingnya pendidikan dasar untuk anak. Sedangkan di setiap akhir minggu, Liana membuat kegiatan yang mengedukasi siswa memanfaatkan lingkungan sekitar.
“Saya mengajak siswa membuat bingkai dari ranting pohon dengan bahan yang mudah didapat agar tidak akan menyulitkan siswa untuk belajar, “jelasnya.

Pada Mei 2019, Liana menjadi relawan di Komunitas Sikola Inspirasi alam. Melalui komunitas itu, Liana ikut dalam kegiatan kelas inspirasi, dan memberikan inspirasi kreatif mengenai lingkungan di Dusun Pattiro, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros.
Ditanya alasannya melakukan berbagai kegiatan tersebut, Liana menjawab, bahwa dirinya pernah mengalami berpindah-pindah tempat hanya agar bisa melanjutkan sekolah.
“Dari pengalaman itu, saya punya keyakinan, bahwa setiap anak berhak merasakan dan menempuh pendidikan secara merata, “ujar gadis yang di sela-sela kegiatan sosial dan studunya ini masih sempat berbisnis online.
Ia berharap dengan pemerataan pendidikan sampai di pelosok akan menjadi perpanjangan tangan pemerintah.
Selain aktif di luar kampus, Liana juga aktif di berbagai kegiatan di dalam kampus. Salah satunya adalah menjadi Ketua Panitia Fashion Show PKK FT-UNM 2020 yang menghadirkan 76 Desainer muda.
Lulus kuliah tahun 2021, Liana bergelut pada berbagai kegiatan di desa kelahirannya. Pada saat Pandemi covid19, Liana berinisiatif membentuk komunitas Pemuda kreatif dan menjadi relawan pembuatan masker dengan bantuan pemerintah setempat, “Ya, Pada saat covid-19 mewabah saya ikut andil sebagai relawan dengan memproduksi 1000 masker dengan bantuan ibu PKK di Desa saya,” ucapnya lurah BPI UNM 2023-2024.
Baca juga :Maulana: Awardee BU dan BPI Yang Ingin Membangun Desa
Tahun 2022, saat pandemi Covid-19 mulai mereda, Liana merasakan tidak adanya kegiatan yang dilaksanakan baik dari tingkat kecamatan ataupun desa setempat. Liana dan teman-teman di tanah kelahirannya itu merasakan kehampaan dan rindu akan kebersamaan.
Bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional Bulan Juli 2022, Liana pun lantas mengajak para pemuda di desanya dan lantas disetujui kepala desanya untuk merayakan Hari Anak Nasional dengan sederhana namun hasilnya maksimal.

Kegiatan yang dilaksanakan selama beberapa hari dengan kegiatan akhir adalah pawai obor ternyata disambut secara meriah dan positif. Bukan hanya warga desa yang hadir bahkan tetangga desa sampai pihak kecamatanpun turut meramaikan.
“Ini di luar ekspetasi kami, pemerintah desa pun kaget, ada warna dan semangat baru itulah saya sebut “Desaku mulai menyala,” katanya sumringah.
Baca juga : Helena, Gadis Papua Penerima ADik yang Ingin menolong Sepenuh Hati
Tanggung jawab sebagai penerima beasiswa
Dengan mendapatkan Beasiswa, Andi Nurliana merasa memiliki tanggung jawab. Liana merasa bahwa dibalim pemberian Beasiswa itu ada sebuah pengabdian dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah yang secara tidak langsung menuntun diri untuk menjadi lebih baik dan menjadikan orang lain baik.
Liana pun aktif melakukan banyak kegiatan untuk memperkenalkan Beasiswa dan juga aktif pada kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta aktif mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan upaya pemerataan pendidikan di pelosok.
Mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya sebagai anak dari pelosok dan kini berhasil menikmati jenjang S2 melalui beasiswa, Liana menulis: “Menjadi jauh bukan berarti menjadi tak mampu, menjadi jauh adalah sebuah resolusi untuk merasakan nikmat sebuah perjalanan”.
Selepas lulus S2 kelak, Liana berharap bisa melanjutkan ke jenjang S3.
“Saya ingin memberi sumbangsih untuk tanah kelahiran saya, yakni menata sejak dini anak-anak muda yang lebih kreatif dan kritis yang Alhamdulilah sudah mulai muncul sejak terbentuknya komunitas Pemuda kreatif dan satu saat saya ingin memiliki hak pasti untuk banyak orang. Saya ingin menjadi Menteri, “ujarnya penuh keyakinan.