Jakarta– Selasa, 15 Agustus 2023, merupakan hari yang paling bahagia bagi Annisa Mardianti Sukmara. Pada hari itu, gadis kelahiran Tasikmalaya, 22 Maret 1999 tersebut menjadi salah seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Soedirman yang diambil sumpahnya sebagai dokter.
Berbahagia karena Annisa berhasil meraih profesi dokter dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,82 sehingga menjadi yang tertinggi di Fakultas Kedokteran Unsoed periode Wisuda Profesi ke-65.
Annisa juga layak berbahagia mengingat keberhasilannya sebagai dokter juga karena memperoleh bantuan pendidikan Bidikmisi pada tahun 2017 lalu. Melalui whatssapp (WA), Annisa mengaku sangat sangat bersyukur bisa menjadi penerima beasiswa Bidikmisi yang kini bertransformasi menjadi KIP Kuliah Merdeka. Menurutnya, kalau dipikir secara realistis, untuk bisa kuliah di kedokteran itu sangat berat terutama dalam hal biaya.
“Alhamdulillah, saya bisa menjadi penerima beasiswa Bidikmisi, sehingga sangat terbantu mencapai cita-cita saya ini. Mungkin jika tanpa beasiswa Bidikmisi saya tidak tahu, apakah saya sekarang bisa menjadi dokter atau tidak, “kata Annisa.
Diakui alumni SMA Negeri 2 Tasikmalaya ini, seandai pada tahun 2017 lalu itu tidak memperoleh Bidikmisi, mungkin tidak akan lanjut kuliah di Fakultas Kedokteran, tetapi mencari jurusan lain yang biayanya masih bisa dijangkau orang tuanya.
“Ayah saya, Sukmara, hanya seorang pedagang kayu, itu juga ikut paman, sementara ibu saya, Toriah, hanya ibu rumah tangga biasa, dengan hidup yang sederhana ini, saya mencoba mengikuti program Bidikmisi agar bisa meraih mimpi untuk berkuliah, “papar Annisa.
Annisa mengenang, mengetahui program Bidikmisi sejak SMP, dan pada saat mau lulus SMA, Annisa dibantu guru BK mencoba mendaftar Bidikmisi dan mengikuti seleksi SNMPTN. Pendidikan di Fakultas Kedokteran pun dituntaskan dalam waktu 6 tahun. Karena punya niat yang tinggi, berbagai kendala dilaluinya dengan penuh rasa semangat dan pantang menyerah.
Baca juga : Chorlance, Gadis Papua Jadi Dokter Melalui Beasiswa ADik
“Jangan sampai ada kata menyerah, mau bagaimanapun kendalanya harus tetap berusaha, dan jangan menunda apa yang bisa kita lakukan sekarang, seperti pada saat Co- ass dengan padatnya aktifitas kita harus bisa memilih waktu untuk belajar, bermain atau berorganisasi, terkadang ada yang harus kita korbankan untuk bisa meraih tujuan,” ungkapnya.
Cita-cita berubah
Diakui Annisa, sebenarnya awalnya bercita cita masuk Fakultas Teknik. Namun, diujung akhir di SMA, yakni di kelas 3, ada kejadian yang membuatnya mengubah cita-citanya menjadi dokter.
“Dalam sebuah perjalanan ke sekolah di angkutan kota, kebetulan saya satu mobil dengan lansia yang mau berobat, sampai dia kejang di mobil, dari situ saya terbersit cita cita untuk menjadi dokter, “kenangnya.
Tekadnya menjadi dokter juga diperkuat kenyataan, bahwa di wilayah tempat tinggalnya, fasilitas kesehatannya masih kurang, begitu juga keberadaan dokter. Untuk mencapai rumah sakit terdekat, warga musti menempuh perjalanan dengan angkutan kota sekitar 1,5 jam.
Dengan pengalaman di angkot dan minimnya profesi dokter di wilayahnya itu, Annisa lantas melabuhkan cita cita untuk menjadi dokter supaya bisa membantu orang orang yang kurang mampu dan juga bisa melayani daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang.
“ Saya juga ingin punya pekerjaan yang dimanapun saya bisa bermanfaat. Menurut saya , menjadi dokter itu dimanapun kita berada kita bisa menggunakan ilmu yang kita punya untuk membantu orang lain. Mau itu kita di kampung, di kota , bahkan di tempat terpencil pun insyaallah kita bisa menolong orang lain dengan ilmu yang kita punya, “kata anak ke 2 dari enam bersaudara itu.
Baca juga : Berawal Dari Dana KIP Kuliah, Jadi Bisnis Beromzet Miliaran
Ingin jadi dokter spesialis
Saat diwawancara, Annisa sedang menunggu keputusan penempatan program internship Kedokteran yang rencananya akan dimulai November 2023. Annisa berharap bisa ditempatkan di rumah sakit terdekat di tempat tinggalnya, yakni di Rumah Sakit Umum Daerah Citra Medika Singaparna.
“Setelah selesai internship, saya ingin mendaftar magang di rumah sakit dan mencari beasiswa daerah untuk melanjutkan ke pendidikan spesialis, mudah mudahan bisa terwujud,”katanya.
Saat menjalani Co-Ass beberapa waktu lalu, Annisa ditempatkan di 3 rumah sakit, yaitu di RS Prof. Dr Margono Soekarjo di Purwokerto, Ajibarang, dan Banyumas. Sementara puskesmasnya di Puskesmas Sokaraja, Jatilawang, Kemranjen dan Kembaran II.
Diakhir wawancara, Annisa mengucapkan terimakasih pada Kemendikbudristek dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk bisa menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran melalui jalur Bidikmisi.
“Pencairan Bidikmisinya yang tepat waktu sangat membantu saya meringankan beban selama kuliah.Saya berharap agar kuota peserta Bidikmisi yang sekarang menjadi KIP Kuliah dapat terus bertambah sehingga lebih banyak pula mahasiswa yang terkendala biaya seperti saya bisa tetap kuliah, “harapnya..
Di sela-sela kegiatannya, Annisa memotivasi anak anak di kampungnya untuk jangan takut meraih mimpi hanya karena biaya. Menurutnya, jika ada kemauan, pasti akan ada jalannya.