Puslapdik– Sebanyak 75 persen dari 1.520 warga di berbagai daerah di Indonesia mengaku puas atas kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Hal itu diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 7 hingga 12 April 2022 yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia terhadap 32 program Kemendikbudristek.
Menanggapi hasil survei tersebut, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbudristek, Anang Ristanto, mengungkapkan, hal ini merupakan bentuk gotong royong dan partisipasi publik untuk bersama-sama memajukan pendidikan di Indonesia.
“Dengan hasil ini tentu kami sangat optimistis bahwa dengan program Merdeka Belajar dapat membawa dampak perubahan pendidikan ke depan lebih baik dan membawa anak-anak kita, adik- adik kita sebagai generasi penerus menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan tangguh,” papar Anang pada webinar bertajuk “Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek”, Minggu (19/6).
Diakui Anang, survei itu juga menunjukkan masih ada program Kemendikbudristek yang tingkat kebermanfaatannya masih kurang. “Ini adalah tantangan bagi kami agar menjadi lebih baik lagi untuk meningkatkan pengetahuan dan meyakinkan masyarakat akan program Kemendikbudristek. Kami akan berupaya terus menerus melakukan perbaikan salah satunya dengan melakukan sosialisasi melalui berbagai media kepada pemangku kepentingan dan juga dengan pelibatan publik,” ujarnya.
baca juga : Ini, Inovasi Nadiem Selama Mimpin Kemendikbudristek
Peneliti senior Indikator Politik Indonesia, Rizka Halida, mengatakan, survei tersebut masih bersifat penelitian awal/premilinari untuk mengetahui sejauh mana publik ini sudah mengetahui program-program yang dicanangkan selama tiga tahun terakhir ini serta persepsi mereka terhadap manfaat dari program ini.
“Di antara 32 program yang diukur tingkat manfaatnya, mayoritas warga menilai cukup atau sangat bermanfaat di tiap program, umumnya lebih dari 75 persen, “kata Rizka.
Program-program Kemendikbusristek yang diapresiasi warga secara positif terutama program yang manfaatnya menyentuh hajat hidup warga seperti Pembelajaran Tatap Muka (PTM), KIP Kuliah Merdeka, Bantuan kuota internet, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) langsung ke sekolah, dan Peraturan Menteri tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Permen PPKS).
“Apresiasi positif juga diberikan untuk program-program Kurikulum Merdeka dan Merdeka Mengajar, serta program terkait pandemi Covid-19,” urai Rizka.
Berdasarkan hasil survei tersebut, lanjut Rizka, kampanye program-program Kemendikbudristek masih sangat perlu ditingkatkan dengan intensitas atau penekanan lebih banyak kepada program-program yang paling besar kebermanfaatannya bagi masyarakat umum. Rizka meyakini partisipasi masyarakat umum akan sangat menentukan kesuksesan program-program Kemendikbudristek.
“Kami harap dengan adanya hasil survei ini dapat menjadi salah satu acuan dalam menetapkan langkah selanjutnya dari program-program yang telah dicanangkan dan rujukan bagi pemerhati masalah pendidikan di Indonesia,” pungkas Rizka.
Merdeka belajar sebagai terobosan
Tanggapan atas hasil survei tersebut juga diberikan Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Jamal Wiwoho. Menurutnya, program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang telah diimplementasikan terbukti mampu menciptakan perubahan positif bagi pendidikan di Indonesia.
“Kami menyambut baik dengan adanya data survei atas terobosan program Merdeka Belajar yang dilakukan Kemendikbudristek,” ungkapnya.
Selain sosialisasi program kepada para pemangku kepentingan, Jamal mengungkapkan bahwa transformasi informasi juga sangat penting terkait implementasi program Merdeka Belajar. “Karena sejatinya pendidikan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga bagaimana proses dari interaksi-interaksi semua pemangku kepentingan,” sambung Jamal.