Puslapdik- Kurikulum prototipe yang saat ini menjadi opsi dalam melaksanakan kurikulum pembelajaran di sekolah-sekolah membantu Indonesia mencapai empat tujuan prioritas dari Education Working Grup G-20,yaitu pendidikan universal yang berkualitas, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan serta dunia kerja pascapandemi Covid-19.
“Kurikulum Prototipe mengedepankan pembelajaran berbasis proyek dan memerdekakan guru dalam merancang proses belajar dengan dibantu plattform merdeka mengajar, “kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, dalam pembukaan “Kick Off G20 on Education and Culture” pada Rabu, 9 Februari 2022.
Kegiatan yang digelar di halaman depan Kemendikbudristek itu, selain dilakukan secara luring,juga ditayangkan melalui kanal YouTube Kementerian Pendidikan.
Menurut Nadiem, dalam penerapan kurikulum prototipe tersebut, gotong royong adalah point penting dan gagasan mendasar dalam menjalankan gerakan merdeka belajar.
Ditegaskan Nadiem, gotong royong merupakan satu nilai dasar dari bangsa Indonesia yang dimasa pandemic Covid-19 semakin penting dalam membantu bangsa Indonesia untuk pulih dan bangkit. Karena itu, kata Nadiem, Indonesia yang pada tahun 2022 ini menjadi ketua presidensi G-20 mengangkat thema “Recover together, recover stronger” atau dimaknai sebagselaiai “Pulih Bersama”.
Dikatakan juga oleh Nadiem, melalui kurikulum Prototipe tersebut, pembelajaran jadi lebih menyenangkan karena berfokus pada kompetensi peserta didik yang esensial dan juga relevan.
Dalam kesempatan itu, Nadiem juga mengajak semua pihak untuk memikirkan cara mewujudkan sustainable living atau kehidupan yang berkelanjutan. Tujuannya, agar anak-anak Indonesia dimasa depan masih bisa tetap hidup berdampingan dengan alam. Selain itu, jug mendorong peserta didik untuk belajar mencintai alam semesta seperti yang sudah diajarkan generasi Indonesia sebelumnya melalui warisan budaya dan kearifan lokal.
“Saya sekarang sudah memberi contoh dan membiasakan anak-anak saya untuk sama sekali tidak menggunakan plastik di rumah dan mengurangi sampah, “katanya.
Dalam Presidensi G20 Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memimpin Kelompok Kerja Pendidikan G20 atau Education Working Group (EdWG), yang diketuai oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril.
Komitmen Indonesia
Iwan Syahril, mengungkapkan, empat tujuan prioritas dari Education Working Grup G-20 merupakan penguatan dari isu yang sudah dibahas pada tahun lalu, dengan tujuan agar pendidikan dapat dipulihkan dan ditingkatkan dari masa sebelum pandemi.
Isu yang pertama menurut Iwan, yakni pendidikan berkualitas untuk semua, mendorong pemerataan akses dan kualitas pendidikan di semua tingkatan, khususnya untuk kelompok rentan dalam upaya pemulihan pasca pandemi.
Pada isu kedua, teknologi digital dalam pendidikan, Indonesia ingin mengajukan solusi tentang bagaimana teknologi digital bisa menjadi jawaban atas permasalahan akses kualitas, dan keadilan sosial di bidang pendidikan.
Sedangkan pada isu Ketiga, solidaritas dan kemitraan, menurut Iwan, berkaitan dengan budaya bangsa Indonesia, yakni gotong royong. “Kita ingin menawarkan kearifan budaya bangsa kita sebagai solusi dalam reimagining the future, karena kita percaya hanya dengan saling mendukung dan saling bekerjasama kita bisa maju dan menyelesaikan persoalan-persoalan pendidikan global,” jelasnya.
Terakhir, isu keempat, masa depan dunia kerja pasca pandemi Covid-19, menurutnya, dunia perlu melakukan reimajinasi tentang bagaimana pendidikan dapat menjawab tantangan-tantangan dunia di masa mendatang.
Sedangkan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, menuturkan, dalam penerapan kurikulum prototipe, siswa diberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
Dalam kurikulum prototipe, lanjut Aninidito, terdapat tiga karakteristik utama, yakni pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills), berfokus pada materi esensial, dan memberikan fleksibilitas pada guru.