Puslapdik– Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar.
Apa itu Kurikulum Merdeka? Menurut Nadiem, ada beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum 2013. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Kedua, peserta didik di jenjang SMA akan lebih merdeka karena tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Peserta didik berhak memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di kelas 11 dan 12.
“ Kita berikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,” sebutnya.
Aturan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka tertuang dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Menurut Nadiem, konsep Kurikulum Merdeka juga sudah banyak dipakai di negara-negara maju.
Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan proyek atau Project Based Learning. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya.
“Model pembelajaran ini penting untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila, “kata Nadiem.
Platform Merdeka Mengajar
Untuk mendukung Kurikulum Merdeka ini, maka juga diluncurkan Platform Merdeka Mengajar untuk para guru. Platform ini menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
“Ini adalah platform untuk guru. Harapan kita akan berkembang menjadi suatu platform yang benar-benar dimiliki oleh guru, dari guru untuk guru,” kata Nadiem.
Platform Merdeka Mengajar merupakan platform edukasi yang dapat menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila. “Intinya dalam Platform Merdeka Mengajar ini ada tiga fungsi, yaitu membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya,” ujar Nadiem.
Dikatakan Nadiem, saat ini tersedia lebih dari 2.000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka. “Ini akan membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik,” katanya.
Diungkapkannya, panduan implementasi Kurikulum Merdeka dan modul-modul pelatihannya akan disediakan dalam bentuk flash disk bagi satuan pendidikan dan pendidik yang kesulitan untuk mengakses internet.
Platform Merdeka Mengajar juga memberikan kesempatan yang setara bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun. “Guru dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri. Melalui video inspirasi, guru bisa mendapatkan beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas,” tuturnya.
Wadah berbagi
Selain itu, Platform Merdeka Mengajar juga mendorong guru untuk terus berkarya dan menyediakan wadah berbagi praktik baik. “Guru dapat membangun portofolio hasil karyanya agar dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi melalui Bukti Karya Saya,” ujar Nadiem.
Dalam menciptakan ekosistem kolaboratif dan meningkatkan efektivitas pembelajaran, Platform Merdeka Mengajar menggunakan Content Crowdsourcing, di mana pengembangan konten berbasis kontribusi dapat dilakukan oleh semua pihak. “Kita ingin platform ini hidup menjadi ekosistemnya sendiri. Makanya komponen terpenting dari platform ini adalah crowdsourcing,” ungkapnya.
Guru juga dapat saling belajar dan berbagi melalui Komunitas Belajar Daring yang terdapat di dalam Platform Merdeka Mengajar. “Kita ingin yang mengembangkan materi pembelajaran, materi mengajar, materi belajar, dan materi berkarya ini guru-guru, organisasi-organisasi pendidikan, sehingga kontennya semakin kaya,” terang Mendikbudristek.
“Kunci kemajuan pendidikan kita ketika guru-guru mengembangkan dirinya dan saling membantu pengembangan sejawatnya,” imbuh Nadiem.
Lebih lanjut, Platform Merdeka Mengajar juga bertujuan menciptakan iklim kerja yang positif melalui Jejaring Profesi Guru serta Perencanaan dan Kemajuan Karier. Platform ini menjadi wadah bagi guru untuk menampilkan profil, pengalaman, dan keterampilan profesional, serta mengembangkan portofolio dan kompetensinya. “Platform ini bisa menjadi CV digital. Jadi, ini kesempatan untuk guru untuk membuat public portofolio,” katanya.
Namun, ditegaskan Nadiem, sekolah diberi kebebasan untuk memilih menerapkan kurikulum merdeka, kurikulum darurat atau kurikulum 2013 secara penuh. Kemendikbudristek tidak akan memaksakan implementasi Kurikulum Merdeka.
“Saya di sini dengan senang hati akan mengumumkan bahwa dengan Merdeka Belajar semua itu tidak akan ada pemaksaan, dalam 2 tahun ke depan ini tidak ada pemaksaan,” imbuh dia.
Pulihkan ketertinggalan belajar
Menurut Nadiem, tujuan dibuatnya Kurikulum Merdeka adalah pemulihan dari ketertinggalan pembelajaran atau recovery dari learning loss akibat pandemi Covid-19. Nadiem mengungkapkan, merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, pandemi Covid-19 menyebabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran.
“Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar,” ucap Nadiem.