Puslapdik — Pendaftaran dan sekaligus seleksi tahap pertama calon Kepala Sekolah Penggerak Angkatan 3 tahun 2023 telah dibuka sejak 27 Januari dan ditutup pada 28 Februari 2022. Pada seleksi tahap pertama itu, akan dilakukan seleksi terhadap dokumen registrasi, pengisian biodata atau curiculum vitae (CV), pengisian essay dan unggahan dokumen. Pengumuan hasil seleksi Tahap 1 akan dilakukan pada 4 April 2022.
Kepala sekolah yang lolos seleksi tahap ! akan mengikuti proses seleksi tahap dua yang berlangsung tanggal 9 April hingga 11 Juni 2022. Pada seleksi tahap dua ini, calon Kepala Sekolah Penggerak akan mengikuti tes Simulasi Mengajar dan Wawancara. Proses ini semua dilakukan secara daring, dan tatap muka langsung.
Tahapan berikutnya, pada 20 Juni hingga 4 Juli 2022 akan dilaksanakan Verifikasi dan Validasi Data serta penilaian seleksi tahap 2. Setelah itu, pada tanggal 7 Juli hingga 14 Juli 2022 akan dilakukan Rapat Pleno Kelulusan bagi calon kepala sekolah penggerak yang telah mengikuti seleksi.
Sekedar informasi, Pada 2020 – 2021, Sekolah Penggerak menyasar 2.500 sekolah di 34 Provinsi dan 111 Kabupaten/ Kota. Program Sekolah Penggerak terbuka untuk semua sekolah, baik negeri maupun swasta di 34 provinsi. Namun, skemanya dilakukan bertahap dengan kuota awal 2.500 sekolah di 111 kabupaten/kota (2021-2022), lalu diduplikasi menjadi 10.000 sekolah di 250 kabupaten/kota (2022-2023), meningkat lagi menjadi 20.000 sekolah di 514 kabupaten/kota, dan 40.000 sekolah di 514 kabupaten/kota, dan seterusnya sampai mencakup seluruh sekolah di Indonesia.
Sekolah Bertransformasi
Sekretaris Ditjen PAUD Dikdasmen, Sutanto, mengatakan Kemendikbudristek hanya akan memilih Kepala sekolah yang memiliki minat dan kemauan tinggi untuk bertransformasi.
“Kita memilih kepala sekolah di beragam tahap, ada tahap 1, ada tahap 2, dan awal mereka bergabung dari program ini, kita memilih kepala sekolah yang punya minat dan kemauan untuk bertransformasi. Kita akan memilih hati-hati berdasarkan minat Kepala Sekolah, bukan hanya negeri namun swasta,” ujarnya.
Harapannya, lanjut dia, Kemendikbud bisa mengukur seberapa jauh sekolah bisa berkembang dari posisi awal. Sementara itu, tujuan sekolah penggerak ialah untuk melahirkan siswa dengan profil Pelajar Pancasila.
“Sistem pendidikan kita akan berujung pada profil pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong-royong dan berkebhinekaan global,” kata Sutanto.