Puslapdik– Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), kembali menyelenggarakan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan kedua.
Melalui PMM, mahasiswa diberi kesempatan untuk berkuliah di perguruan tinggi lain dan di luar program studi yang dijalaninya. Dalam PMM tersebut, peserta akan melaksanakan proses pembelajaran untuk semester 3, 5, atau 7. Perguruan tinggi yang menjadi tujuan PMM adalah yang berada di klaster pulau berbeda dari perguruan tinggi peserta PPM.
Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, berharap mahasiswa di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dan berkontribusi di program PMM angkatan 2 ini.
Menurut Nadiem, melalui PPM akan tercipta ruang jumpa yang dinamis antara mahasiswa, dosen, dan perguruan tinggi melalui kegiatan akademik dan nonakademik tentang keberagaman budaya wilayah setempat.
“Ruang jumpa ini merupakan salah satu ciri khas PMM 2. Saya yakin adik-adik mahasiswa yang ikut program adalah para pelajar Pancasila, para calon pemimpin yang akan mendorong pemulihan dari pandemi lalu membawa Indonesia melompat ke masa depan,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Nadiem meminta pimpinan perguruan tinggi untuk memfasilitasi mahasiswanya mengikuti PMM sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Tujuannya agar mahasiswa Indonesia mendapatkan pengetahuan yang relevan sebagai persiapan menjadi pemimpin masa depan.
Ketangguhan mahasiswa diuji
Nadiem menekankan, PMM dapat melatih keterampilan (skills) kepemimpinan karena di lokasi penempatan, mahasiswa akan bertemu dengan lingkungan dan budaya baru, berkenalan dengan teman-teman baru, serta berhadapan dengan tantangan-tantangan baru. Melalui PMM, ketangguhan mahasiswa akan diuji.
“Mahasiswa peserta PMM ditantang menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijak di tengah kondisi yang berbeda,” ucapnya.
Selama PMM, menurutnya, peserta harus bisa berkolaborasi dan bergotong royong, menghargai perbedaan, dan mencintai keragaman yang ada di masyarakat.
“Para mahasiswa akan menjadi penebar nilai-nilai toleransi dan kebersamaan yang menguatkan semangat kebinekaan global, “ujar Nadiem.
Dalam PMM angkatan ke 2 tahun 2022 ini, ungkap Nadiem, ada kegiatan Modul Nusantara yang memiliki nilai bobot 4 sistem kredit semester (SKS). Kegiatan tersebut akan memberikan pengalaman kebinekaan yang dikemas dalam beberapa kegiatan khusus, yakni 1) aktivitas eksplorasi keanekaragaman budaya, agama, dan sejarah di kawasan perguruan tinggi penerima; 2) inspirasi yang diselenggarakan untuk menggali inspirasi dari figur-figur inspirasi daerah; 3) refleksi melalui diskusi, gelar wicara (talk show), dokumentasi, dan tulisan, serta 4) kontribusi sosial yang dilakukan dengan beragam aktivitas.
Baca juga :
- Presiden Minta Mahasiswa Belajar di Luar Kampus
- Dirjen Dikti: Disertasi Harus Menjawab Tantangan dan Memberi Solusi
PMM tahun 2022 digelar Luring
Tahun 2021 lalu, PMM digelar secara daring karena pandemic Covid-19. Di tahun 2022 ini, menyusul kian kondusifnya situasi pandemi, PMM diselenggarakan secara luring sehingga mahasiswa dapat merasakan keterlibatan dan pengalaman yang lebih nyata dan bermakna.
Dikatakan Pelaksana tugas Direktur Jenderal (Plt. Dirjen) Diktiristek, Nizam, PMM selama satu semester menjadi sangat penting agar peserta merasakan hidup di tengah lingkungan baru, membangun persahabatan dan berinteraksi secara intens dengan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dari berbagai pulau.
Nizam berharap, program PMM bisa memberikan pengalaman, penguatan, mempererat hubungan antarmahasiswa lintas kampus, lintas pulau, dan lintas daerah. “ PMM ini berguna untuk menyiapkan mahasiswa sebagai pemimpin bangsa masa depan yang andal serta memahami dinamika keragaman budaya, suku, dan agama sebagai satu potensi bangsa yang sangat besar sebagai modal utama dalam mewujudkan Indonesia emas yang kita cita-citakan bersama,” jelasnya.
Kuota PMM 2022 sebanyak 16 ribu mahasiswa
Ketua PMM 2, Rachmawan Budiarto, mengungkapkan, tahun 2022 ini, PMM akan diikuti 16 ribu mahasiswa. Para peserta bisa memilih satu dari 194 perguruan tinggi, dan memilih mata kuliah maupun program studi yang sama atau berbeda.
“Total ada 25 kali kegiatan dalam satu semester yang mencakup seluruh komponen kegiatan yang merujuk pada Modul Nusantara,” ujarnya.
Rachmawan mendorong mahasiswa untuk mengambil 20 SKS di perguruan tinggi penerima. Dengan komposisi, empat SKS di antaranya Modul Nusantara dan 16 SKS adalah mata kuliah yang diambil pada perguruan tinggi penerima. Alternatif lain yaitu mahasiswa mengambil enam SKS pada perguruan tinggi pengirim dan 14 SKS sisanya diambil pada perguruan tinggi penerima.
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui akun instagram PMM, @pertukaranmahasiswamerdeka; laman PMM yakni https://program-pmm.id; dan surat elektronik PMM yakni pmm-01@kemdikbud.go.id.