Puslapdik– Para penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek diminta membangun jaringan baru, dan keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal-hal yang baru.
“Jangan pernah takut ambil riko dan berusaha berinovasi. Kalau ada kesempatan di dalam dan di luar kampus, jangan disia-siakan, sebab hal itu akan bermanfaat bagi anda ketika keluar dari sistem pendidikan dan menjadi pemimpin di masing-masing sektor.”
Permintaan itu disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, dalam pembukaan Pembekalan Persiapan Studi BPI Kemendikbudristek secara daring, Jumat, 1 Oktober 2021.
Ditegaskan Nadiem, Para mahasiswa penerima BPI Kemendikbudristek akan jadi garda depan dalam pelaksanaan merdeka belajar. “Saya berharap, ilmu yang Anda semua dapatkan nanti bisa dikontribusikan kembali pada masyarakat dan kepada para pemimpin lainnya, “harap Nadiem.
Pembukaan pembekalan itu diikuti oleh para pejabat di Kemendikbudristek serta para mahasiswa penerima BPI Kemendikbudristek.
Menurut Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, penerima BPI Kemendikbudristek tahun 2021 ini berjumlah sebanyak 2175 orang di jenjang S1, S2, dan S3, serta double degree. Para mahasiswa itu akan menjalani studi di 59 perguruan tinggi dalam negeri dan di 112 perguruan tinggi di luar negeri di 20 negara Asia, Pasifik, Eropa dan Amerika Serikat.
Rinciannya, ada sebanyak 1948 orang peserta beasiswa dalam negeri, 217 orang beasiswa luar negeri dan 10 mahasiswa penerima double degree. “Tujuan BPI Kemendikbudristek ini adalah membangun dan meningkatkan sumber daya manusia, terutama pada sasaran khusus sekaligus memanfaatkan dana pengembangan pendidikan nasional atau DPPN, “katanya.
Baca juga :
- Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Harus Siap Hadapi Perubahan
- Para Penerima BPI Kemendikbudristek Dihimbau Aktif Berkomunikasi Dengan Puslapdik
- Tantangan Masa depan, Prodi Tujuan Beasiswa Perlu Dianalisis
Guru yang baik itu terus belajar
Dalam kesempatan itu, Nadiem berdialog dengan tiga orang penerima BPI Kemendikbudristek. Ketiga orang itu yakni Sry Mulya Kurniati, guru SMK di Palembang yang memperoleh beasiswa jenjang S3 di Prodi Ilmu Pendidikan Bahasa UNJ; Primus Bere Boe, pelaku budaya asal Atambua, NTT, yang memperoleh beasiswa S2 di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta; dan Vita Silvana, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang memperoleh beasiswa S3 di Universitas di Jepang.
Nadiem mengapresiasi Sry sebagai guru SMK yang mampu melanjutkan pendidikan jenjang S3. Menurut Nadiem, guru harus jadi pendidik yang baik dan guru bisa mengajar dengan baik apabila terus belajar.
“Harapan besar saya, dengan menjadi penerima beasiswa ini, Ibu Sry dan para guru lainnya akan menjadi pemimpin, menjadi guru pengerak, “kata Nadiem.
Nadiem juga berharap, melalui Kerjasama dengan LPDP, akan banyak kesempatan bagi guru-guru untuk melanjutkan studi. “Saya sangat mendukung dan ingin melihat keberlanjutan daripada pendidikan, sesuai filsafat Ki Hajar Dewantara, filsafat merdeka belajar, kita ingin semua guru mempunyai mindset selalu belajar, “ujar Nadiem.
Sedangkan kepada Primus, Nadiem harapan besar, agar perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan dan kebudayaan itu bersamaan dan mengedepankan nilai-nilai lokal, dan mengembangkan kebhinekaan atau keragaman, bukan kesamaan.
PT luar negeri Lebih holistik
Saat berbincang dengan Vita Silvana, Nadiem memastikan, banyak sekali mahasiswa atau dosen yang mau memperoleh beasiswa luar negeri. Namun permasalahannya, bagaimana agar bisa diterima di perguruan tinggi kelas dunia.
Diungkapkan Nadiem, kriteria universitas dunia dalam menerima mahasiswa lebih holistik. “Yang jadi kriteria mereka adalah bukan prestasi akademik, tetapi lebih kepada kemampuan calon mahasiswa dalam aktivitasnya di dunia nyata, di luar kampus, seperti pengalaman berorganisasi atau pengalaman lainnya serta jiwa kepemimpinannya.
“Mereka mencari mahasiswa secara holistik yang akan membawa brand mereka pada saat mahasiswa itu jadi pemimpin, “ungkap Nadiem.
Karena itu, jelas Nadiem, Indonesia harus banyak menciptakan dosen penggerak yang punya kontribusi yang nyata di dalam dan luar kampus serta punya kualitas kepemimpinan agar mudah memperoleh beasiswa luar negeri.
“Hal itu tidak akan terlihat dari status atau jenjang karirnya secara formal, tapi terlihat dari kontribusi nyatanya di dalam dan luar kampus. Itu yang akan jadi CV yang lebih menarik bagi perguruan tinggi luar negeri, “kata Nadiem.