Puslapdik– Masyarakat Desa Lembur Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur ternyata punya tradisi atau tepatnya ritus yang inspiratif tentang bagaimana bergoyong royong membiayai seorang anak lulusan SMA yang punya keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ritus itu disebut “Poka Sawar Limbang Sama’ dan yang kemudian dipopulerkan dengan sebutan Pesta Sekolah, sebuah istilah atau ungkapan atau goet dalam bahasa Manggarai yang diturunkan secara turun temurun untuk mengumpulkan dana bagi membiayai kuliah seorang anak. Ritus ini merupakan perkembangan dari tradisi “Poka Sawar Limbang Sama, Poka Soet Limbang Oken” yang bermakna saling membantu (gotong royong) dalam membantu pemenuhan kebutuhan warga satu kampung.
Ritus Poka Sawar Limbang Sama, Poka Soet Limbang Oken ini sudah dilakukan nenek moyang Suku Manggarai di desa Lembur itu sejak ratusan tahun lalu, namun “dimodifikasi” menjadi Poka Sawar Limbang Sama pada tahun 1970-an sebagai bentuk gotong royong dalam rangka membiayai kuliah anak.
Melalui ritus ini, tercatat banyak lulusan SMA di Desa Lembur yang berhasil menempuh pendidikan tingggi dan menjadi tokoh masyarakat.
Sebuah penelitian mengenai ritus Poka Sawar Limbang Sama ini dilakukan oleh Lukman Solihin, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbudristek. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017-2018 ini dimuat di Jurnal Seri Studi Kebudayaan III: Menaksir Gerak dan Arah Pembangunan Indonesia Timur, yang diterbitkan Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Malang.
Pada tulisannya yang bertajuk “Tradisi Pesta Sekolah : Beasiswa Ala Masyarakat Manggarai Nusa Tenggara Timur” itu, disebutkan, bahwa ritus Poka Sawar Limbang Sama ini mengacu pada pepatah yang dianut masyarakat Manggarai, yakni Betong Sa Tede Pola Ata Do, Toe Nganceng Pola Agu Nu yang artinya bambu sebatang dipikul banyak orang, tidak bisa dipikul sendiri.
Baca juga : Wuat Wa’i, Kearifan Lokal Rakyat Manggarai dalam Pembiayaan Pendidikan Tinggi
Sejatinya, Poka Sawar Limbang Sama ini merupakan pengembangan dari tradisi Wuat Wai. Tradisi Wuat Wa’i tersebut berupa pesta perayaan yang diselenggarakan sebuah keluarga inti dan dihadiri keluarga besar, tokoh masyarakat, pengusaha, dan lainnya. Perayaan Wuat Wa’i diadakan sebuah keluarga ketika seorang anaknya hendak merantau ke luar daerah untuk melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yang umumnya jenjang Pendidikan tinggi.
Bedanya, dalam tradisi Wuat Wa’i, ada semacam ritual adat berupa pemotongan ayam,pemberian wejangan dan nasehat dari orang tua dan tetua kampung kepada anak yanghendak merantau, sedangkan dalam Poka Sawar Limbang Sama, semata-mata hanya dalam rangka pengumpulan sumbangan.
Ritus Poka Sawar Limbang Sama biasanya digelar setiap menjelang kelulusan anak dan penerimaan mahasiswa baru. Namun, tak jarang, juga dilaksanakan di tengah-tengah semester, tergantung pada kesiapan keluarga yang akan menggelar ritus tersebut atau adanya kebutuhan dana yang mendesak. Namun umumnya bertepatan dengan panen cengkeh, kakao, dan kemiri yang menjadi komoditas unggulan masyarakat Manggarai.
Sebelum digelar ritus Poka Sawar Limbang Sama,keluarga dekat melakukan musyawarah lebih dahulu untuk menentukan jumlah sumbangan wajib. Besarannya mempertimbangkan kepantasan yang berlaku saat itu. Misalnya Rp100 ribu, Rp200 ribu atau sebagainya. Misalnya ditentukan Rp200 ribu, maka bila si tuan rumah bisa menjaring 100 orang, maka akan terkumpul sekitar Rp20 juta. Itu belum termasuk sumbangan sukarela atau penjualan melalui mekanisme lelang aneka makanan,minuman,rokok, dan sebagainya yang harganya diatas harga pasar.
Dalam ritus itu, tuan rumah mencatat siapa-siapa saja yang menyumbang dan nilainya berapa.Hal itu akan menjadi pertimbangan kelak bila si penyumbang menjadi tuan rumah dan si tuan rumah menjadi penyumbang, maka nilai sumbangannya dipertimbangkan sama. Yang diundang dalam ritus itu umumnya kaum lelaki yang sudah punya penghasilan,baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga.
Penelitian yang menggunakan metode deksriptif analitis ini menyimpulkan,bahwa ritus Poka sawar Limbang Sama mampu mengumpulkan dana untuk membantu anak muda Manggarai melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Kesimpulan lain dari penelitian, itu, ritus Poka Sawar Limbang Sama merupakan upaya menjaga modal sosial yang diartikan adanya investasi finansial yang terbentuk karena adanya relasi sosial. Ritus Poka sawar Limbang Sama ini tidak hanya menguatkan kohesi sosial tetapi juga mendorong kesatu paduan untuk membentuk jaringan kepentingan bersama guna mencapai hasil yang diinginkan Bersama.