Puslapdik– Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) memercayai dan meyakini perguruan tinggi sudah bekerja keras saat melakukan seleksi calon mahasiswa penerima KIP Kuliah.
“Dengan kerja keras perguruan tinggi, saya berharap seleksi calon mahasiswa penerima KIP Kuliah sesuai kriteria yang sudah ditetapkan sehingga tepat sasaran,” kata Kepala Puslapdik, Abdul Kahar, dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar di kanal youtube kemendikbud ri, 29 September 2022 kemarin.
Dikatakan Abdul Kahar, proses seleksi mahasiswa calon penerima KIP Kuliah sepenuhnya dilakukan perguruan tinggi. Hal itu karena Puslapdik tidak mungkin melakukan proses seleksi karena rentang waktu, sumber daya manusia, dan lokasinya tidak memungkinkan. Selain itu, tentunya hanya perguruan tinggi yang paling tahu profil calon penerimanya.
Dalam proses seleksi ini, tentunya mencari calon mahasiswa penerima KIP Kuliah yang sesuai kriteria tidaklah ringan, apalagi tahun 2022 ini dipastikan yang mendaftarkan diri akan jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Mengacu pada panduan proses seleksi serta kriteria yang ditetapkan, lanjut AbdulKahar, kemungkinan penerima KIP Kuliah di luar kriteria yang ditentukan sangat kecil karena kampus akan melakukan visitasi ke tempat tinggal calon penerima KIP Kuliah.
“Memang saat mendaftar ada keharusan mengupload foto rumah pendaftar, tapi itu belum jaminan sesuai kenyataan, sehingga perlu diverifikasi melalui visitasi, perlu betul-betul dipastikan sesuai kriteria, “jelas Abdul Kahar.
Namun, diakui Abdul Kahar, khusus untuk penerimaan KIP Kuliah tahun 2020 dan 2021 ada kendala berupa adanya pandemi Covid-19. Hal itu menyebabkan kampus tidak melakukan verifikasi berupa visitasi dan mengandalkan dokumen-dokomen yang diunggah pendaftar.
Baca Juga : Abdul Kahar : Raih Prestasi dan Masa Depan Melalui KIP Kuliah
Menyadari hal itu, lanjut Abdul Kahar, di tahun 2022 ini ada peraturan baru berupa kemungkinan terjadinya pergantian penerima KIP Kuliah pada mahasiswapenerima KIP Kuliah yang sudah ongoing.
“Di peraturan baru itu, kampus diminta melakukan evaluasi, salah satunya terhadap kemampuan ekonomi mahasiwa penerima KIP Kuliah. Kalau ada mahasiswa penerima KIP kuliah yang ternyata diketahui tidak sesuai kriteria, bisa dilakukan penggantian, “ungkapnya.
Begitu juga perlu dilakukan evaluasi terhadap prestasi mahasiswapenerima KIP Kuliah. Namun, kata Abdul Kahar, Puslapdik telah melakukan identifikasi prestasi mahasiswapenerima KIP Kuliah. Hasilnya, diketahui secara nasional, rata-rata IPK penerima KIP Kuliah mencapai 3,27, bahkan tak sedikit mahasiswa penerima Bidikmisi yang yudisiumnya cumlaude.
“Bahkan di Sumatera Barat, di sebuah perguruan tinggi swasta, ada penerima bidikmisi yang lulus dengan IPK 4, “katanya.
Baca juga :Mahasiwa Penerima KIP Kuliah Diminta Fokus Pada Studi
Kerjasama dengan mahasiswa
Soal proses seleksi calon mahasiswa penerima KIP Kuliah, dicontohkan oleh Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unisulla). Wakil Rektor Unissula, Mohammad Komarudin mengungkapkan, tahun 2022 ini, pendaftar KIP Kuliah dua kali lipat dibanding tahun 2021.
“Tahun 2021 pendaftar KIP Kuliah mencapai 1900 an, dan di tahun 2022 ini sudah terdaftar sebanyak 3836 orang, sementara kuota yang ditetapkan LLDIKTI hanya 112 orang dan kouta dari usulan masyarakat hanya 343 orang sehingga Unisulla berinisiatif menambah sendiri berupa “Beasiswa Generasi Khaira Ummah”, sebanyak 150 orang, “jelasnya.
Soal prosedur seleksi, kata Komarudin, sebelum LLDIKTI menetapkan kuota penerima KIP Kuliah di Unisulla, pihaknya sudah lebih dahulu melakukan proses seleksi berkas. Hasilnya diumumkan di website kampus. Setelah LLDIKTI menyampaikan kuota penerima KIP Kuliah di Unisulla, dilakukan survey ke lapangan atau visitasi.
“Survey lapangan ini kita kerjasama dengan mahasiswa komunitas forum penerima Bidikmisi Unisulla serta dengan Permadani Diksi, “katanya.
Hasil dari survey itu dan disesuaikan dengan kuota yang ditetapkan, lantas dilakukan yudisium yang ditekankan pada kondisi ekonomi pendaftar dan prestasinya.
“Kita utamakan yang punya KIP Dikdasmen dan punya prestasi, inilah screening awal untuk mendapatkan mahasiswa yang dari keluarga tidak mampu namun punya prestasi, “kata Komarudin.