Puslapdik- Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) bertekad membuat kebijakan dan sistem layanan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudrisek yang simple dan cepat. Tujuannya, agar pencairan beasiswa tidak terlambat dan sesuai dengan jadwal.
Salah satu kebijakannya adalah bantuan beasiswa diterima mahasiswa setiap tiga bulan sekali dan dibayarkan di setiap awal bulan pertama.
Kebijakan lainnya, menurut Kahar, saat ini Puslapdik sedang dalam proses pendirian Badan Layanan Umum (BLU). “Kajian akademik BLU itu saat ini sudah ada di meja Kementerian PAN dan RB dan akan segera dikaji, mudah-mudahan tahun depan sudah bisa segera beroperasi, “ujar Kahar.
Bila Puslapdik sudah memiliki BLU, tambah Kahar, proses pencairan akan lebih mudah dan cepat sebab anggaran beasiswanya sudah berada di BLU tersebut. Saat ini, Puslapdik belum memiliki BLU sehingga anggarannya masih dalam kewenangan LPDP. “Karena anggarannya masih di LPDP, jadi saat pencairan, kita harus menunggu proses di LPDP, sedangkan kalau sudah memiliki BLU, anggarannya sudah dipegang Puslapdik sehingga proses pencairannya bisa lebih mudah dan cepat, “katanya.
Selain itu, dengan memiliki BLU sendiri, proses pencairan berbagai komponen beasiswa bisa dilakukan di awal, pertengahan, bahkan di akhir tahun. “Tidak ada lagi cerita pencairan tertahan atau tertunda karena DIPA belum cair, “kata Abdul Kahar.
Berbagai kebijakan dan sistem tersebut, lanjut Abdul Kahar, dilakukan agar para penerima beasiswa fokus ke perkuliahan sehingga lulus tepat waktu dan memperoleh hasil yang diharapkan.
Abdul Kahar tidak mau lagi melihat dan mendengar adanya para mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudrisek yang melakukan kerja sampingan, seperti menjadi pencuci piring di restoran atau pekerjaan sejenis itu selama terikat kontrak beasiswa, baik di dalam, maupun di luar negeri.
“Pekerjaan seperti itu, selain berpotensi mengganggu konsentrasi dalam kuliah, juga akan menurunkan martabat dan kehormatan mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa, baik di dalam maupun di luar negeri, “kat a Abdul Kahar saat pembekalan persiapan studi penerima BPI Kemendikbudristek di Tangerang, Minggu, 3 Oktober 2021.
Kalaupun ingin melakukan kerja sampingan, lanjut Abdul Kahar, sebaiknya melakukan pekerjaan sampingan yang relevan dengan program studi yang dijalaninya, seperti menjadi asisten dosen, asisten riset, asisten professor, di perpustakaan atau sejenisnya.”Kalau pekerjaan sampingan seperti itu, ngga apa-apa, sebab bisa mendukung proses pembelajaran yang ditekuni dan bisa memperluas wawasan serta memperkuat jejaring, “kata mantan direktur di LPDP tersebut.
Baca juga :
- Pesan Nadiem Bagi Para Penerima BPI Kemendikbudristek
- Dirjen Dikti: Disertasi Harus Menjawab Tantangan dan Memberi Solusi
- Yuk Mengenali Tugas Belajar dan Konsekuensinya
Harapan itu, dikatakan Kahar, dilatarbelakangi seringnya masuknya informasi, bahwa banyak mahasiswa Indonesia di luar negeri yang melakukan kerja sampingan menjadi pencuci piring di restoran, “katanya.
Abdul Kahar juga menyatakan tak mau lagi mendengar adanya mahasiswa penerima beasiswa di dalam negeri yang setiap awal tahun berpuasa karena bantuan beasiswanya belum turun. Bahkan mahasiswa itu kerap bersilaturahmi ke saudara-saudaranya untuk meminjam uang atau hanya sekedar numpang makan siang karena bantuan beasiswanya belum diterima.
Terkait besaran pembiayaan pencairan beasiswa, dikatakan Abdul Kahar, mengacu pada LPDP. “Besaran bantuan beasiswa mengikuti indeks kemahalan di setiap kota di masing-masing negara yang kami pastikan mencukupi kebutuhan para penerima beasiswa, baik di dalam maupun di luar negeri, silakan melihat di Buku Panduan Pencairan Kuangan BPI Kemendikbudristek, “katanya.
Perluas jejaring
Kepada para penerima beasiswa, Abdul Kahar juga mendorong untuk memperluas jejaring dari berbagai perguruan tinggi, dan negara.
“Besar kemungkinan jejaring yang kita buat itu di masa depan akan jadi pemimpin di negaranya masing-masing, termasuk di dalam negeri, jejaring yang kita bina sejak sekarang ini, mungkin saja di masa depan ada yang akan jadi pemimpin bangsa di berbagai sektor,”jelasnya.
Abdul Kahar tidak mau melihat dan mendengar para penerima beasiswa hanya membangun jejaring sesama mahasiswa Indonesia, apalagi sesama etnis, di luar negeri.
Penerima BPI Kemendikbudristek tahun 2021 ini berjumlah sebanyak 2175 orang di jenjang S1, S2, dan S3, serta double degree. Para mahasiswa itu akan menjalani studi di 59 perguruan tinggi dalam negeri dan di 112 perguruan tinggi di luar negeri di 20 negara Asia, Pasifik, Eropa dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, saat pembukaan pembekalan persiapan studi penerima BPI Kemendikbudristek secara daring, Jumat, 1 Oktober 2021 sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarin, berharap agar para penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek membangun jaringan baru, dan keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal-hal yang baru.
“Jangan pernah takut ambil riko dan berusaha berinovasi. Kalau ada kesempatan di dalam dan di luar kampus, jangan disia-siakan, sebab hal itu akan bermanfaat bagi anda ketika keluar dari sistem pendidikan dan menjadi pemimpin di masing-masing sektor,” kata Nadiem.