Puslapdik- Program Indonesia Pintar atau PIP sangat bermanfaat untuk siswa yang pada akhirnya berdampak pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Beberapa contoh, karena memperoleh bantuan PIP, siswa penerima PIP tak terganggu oleh kendala biaya transportasi ke sekolah, biaya pembelian buku dan alat tulis, serta pembelian baju seragam dan sarana pembelajaran lainnya sehingga mereka bisa semangat dan fokus dalam belajar.
“Dalam pengamatan kami sebagai pengelola sekolah, kegiatan pembelajaran lebih baik, lancar dan aman. Siswa penerima PIP lebih fokus belajar, dan termotivasi untuk maju dan berprestasi, “ kata Yansur Panigoro, Kepala Sekolah SMAN 2 Gorontalo, saat dikunjungi Tim Puslapdik beberapa waktu lalu.
Menurut Yansur, sebagian besar siswa penerima PIP di SMAN 2 Gorontalo berprestasi lumayan membanggakan. Para siswa penerima PIP itu rata-rata masuk ranking 10 besar di kelasnya masing-masing, bahkan ada yag meraih juara kelas.
Yansur bahkan mengatakan, prestasi para siswa penerima PIP itu tak lepas dari dukungan teman-temannya yang tidak menerima PIP. “Menurut pengamatan kami, siswa yang tidak menerima PIP memberikan rasa solidaritas yang tinggi berupa ungkapan rasa syukur dan mendorong agar bantuan PIP itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menunjang keperluan sekolah, “kata Yansur.
Di SMAN 2 Gorontalo sendiri, lanjut Yansur, dari 1085 siswa, sekitar 35-50 persen berasal dari keluarga miskin dan rentan miskin dengan penghasilan orang tuanya mayoritas petani dan nelayan. Dari sejumlah siswa itu, yang menerima PIP di tahun 2020 berjumlah 497 siswa atau naik drastis dari tahun 2019 yang mencapai 294 siswa.
Baca juga :
- Hasil Studi : Koordinasi Berjenjang Kunci Keberhasilan Penyaluran PIP
- Presiden Joko Widodo : Di Era Pandemi Covid, Dunia Pendidikan Perlu Beradaptasi
- Tunjangan Khusus Guru Tingkatkan Semangat Guru
Diakuinya, tahun 2020 lalu, ada dua orang siswa yang gagal mendapatkan bantuan. Siswa yang pertama disebabkan karena selama pandemi Covid-19 kembali ke rumah orang tuanya di luar kota Gorontalo. Ketika diberi tahu memperoleh bantuan PIP, terkendala biaya transportasi untuk mengurusnya di Gorontalo. “Butuh biaya transportasi yang lebih besar ketimbang bantuan yang diperolehnya sehingga kesulitan mengurus PIP, “katanya.
Sementara ada satu siswa lainnya yang batal memperoleh PIP karena diketahui menikah akibat pergaulan bebas. “Sesuai peraturan, bantuan PIP dibatalkan bila siswa yang bersangkutan menikah, jadi kami batalkan PIPnya, “lanjutnya.
Sekolah berperan aktif
Secara umum, dikatakan Yansur, proses penetapan dan pencairan PIP di sekolahnya relatif lancar. Prosesnya, ketika pihak sekolah menerima SK terkait siswa yang memperoleh PIP melalui Dapodik, oleh operator sekolah, SK tersebut dicetak dan diserahkan ke penanggung jawab PIP yang di SMAN 2 Gorontalo dipegang oleh guru BK. Oleh guru tersebut, siswa penerima PIP dikumpulkan dan diberitahu mengenai SK tersebut. Selanjutnya, guru BK melakukan sosialisasi,dan motivasi terkait mekanisme pencairan dan penggunaan bantuan PIP tersebut. “Tentunya pihak kami memberikan bantuan berupa penyiapan berkas yang dibutuhkan dari sekolah, “katanya.
Dikatakannya, setiap terbit SK penetapan siswa penerima PIP, pihak sekolah selalu memberikan bimbingan dan dorongan agar bantuan PIP tersebut dimanfaatkan para siswa untuk kelancaran pendidikan. “ Kita selalu mengingatkan pada orang tua dan siswa, bahwa sasaran bantuan PIP ini untuk memenuhi kebutuhan sekolah sehingga bisa belajar dengan baik dan bisa meningkatkan motivasi belajar sehingga bisa berprestasi dengan baik, “jelasnya.
Terkait jumlah siswa yang belum menerima bantuan PIP, diakui Yansur, masih ada siswa yang semestinya layak dan berhak menerima PIP namun karena berbagai hal tidak sempat menerima PIP. Penyebabnya, saat pendaftaran siswa baru, siswa tersebut tidak bisa menunjukkan, bahwa keluarganya memperoleh Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Program Keluarga Harapan (PKH) atau surat keterangan miskin dari kelurahan.
“Jadi kami punya deteksi awal, bahwa siswa yang bersangkutan layak dapat PIP dengan menunjukkan kartu KIP, PKH, KKS dan sebagainya. Nah, dari pendataan itu, kita sudah bisa mengusulkan agar anak tersebut dapat PIP, “paparnya.
Dalam kaitan dengan pencairan PIP, kata Yansur, kendalanya dari pihak bank penyalur. Namun hal itu hanya karena keterbatasan kapasitas pelayanan di bank. Akibatnya, banyak siswa yang harus antri sehingga tertunda pencairannya. “Begitu banyak yang diayani, para siswa harus sabar menanti pencairan. Masalah muncul ketika jadwal ke bank tabrakan dengan jam pelajaran, sebab siswa yang bersangkutan harus meninggalkan jam pelajarannya, “ujarnya.
Menurut Yansur, para orang tua dari siswa penerima PIP merasa bersyukur bahwa anaknya menerima PIP karena mengurangi beban dalam pengeluaran sekolah. “Kami, atas nama orang tua siswa penerima PIP berterimaa kasih pada pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud. Kami berharap program PIP ini terus berlanjut karena sangat membantu siswa dan juga sekolah, “katanya.