Puslapdik-Mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan (BU) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tentunya bukan mahasiswa kaleng-kaleng atau mahasiswa asal kuliah. Mahasiswa penerima BU atau disebut awardee adalah mahasiswa yang tentunya punya konsep, komitmen, konsisten, dan punya prestasi yang bisa dibanggakan, baik akademik maupun non akademik.
Salah satu contohnya adalah Syahrul Ramadan. Lajang kelahiran 22 Desember 2000 ini alumnus Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.
Beragam prestasi diukir Syahrul. Di bidang akademik, sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA, ranking 1 selalu diraihnya. Saat di SMP, Syahrul mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional tingkat propinsi, bahkan tahun 2011 ikut OSN di tingkat nasional. Memasuki jenjang SMA, Syahrul ikuti lomba matematika. Namun diwaktu bersamaan, Syahrul juga sukses menjajal potensi lainnya, yakni kemampuan public speaking.
“Selain berminat di bidang Fisika, saya juga sejak remaja senang pada kegiatnan sosial kemasyarakatan, terutama yang berhubungan dengan kemampuan berbicara di depan umum atau public speaking, “kata Syahrul saat dihubungi melalui telepon beberapa waktu lalu.
Lulus dari Universitas Tadulako tahun 2021 ini, Syahrul mencoba berkarir di bidang komunikasi. Ia berhasil bekerja di Elo Kreatif, sebuah perusahaan digital marketing, khususnya media sosial. Di perusahaan yang berbasis di Jakarta ini, Syahrul berperan sebagai Content Creator merangkap account executive.
Tanggung Jawab Awardee
Berbicara tentang Beasiswa Unggulan yang diterimanya semasa kuliah, Syahrul merasa beruntung dan penuh bersyukur. Ayahnya hanya seorang petani di Palu, sedangkan ibunya ibu rumah tangga biasa. Dengan pemahaman dan rasa syukurnya itu, Syahrul merasa ada tanggungjawab yang harus diemban dengan penuh kesadaran.
“Pemerintah tidak pernah menuntut apa-apa dari mahasiswa penerima BU. Karena itu, awardee harus punya kesadaran tinggi dan bertanggung jawab atas beasiswa yang diterimanya itu, ”katanya.
Saat memperoleh BU tahun 2018, saat itu Syahrul duduk di semester 3. Syahrul mengenang, tahun 2018 itu, hanya tujuh orang mahasiswa Untad yang lolos seleksi BU. Di Kampus, Syahrul aktif melakukan sosialisasi BU ke para mahasiswa. Hasilnya, tahun 2021 ini, ada 70 mahasiswa yang berhasil lolos seleksi BU.
Baca juga :
- Dengan Bidikmisi, Anak Sopir Truk itu Kini Jadi Staf Khusus Menteri
- Andi Baso Husain : Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Harus Punya Kecerdasan Sosial
Kuliah di BU, selain mempertahankan nilai akademik, syahrul juga mencoba part time di sebuah café. pemuda asal Desa Simagaya, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, itu juga berhasil menerima pendanaan usaha melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang digagas Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek. PKM merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan, mewadahi, dan mewujudkan ide kreatif serta inovatif mahasiswa.
Dalam PKM itu, Syahrul dan kawan-kawannya menggelar program pengabdian masyarakat berupa program Mama Sidan, yakni Monopoli IPA Mitigasi Bencana sebagai edukasi pembelajaran pelajar di Kota Palu. Dalam kegiatan itu, papan permainan monopoli dimodifikasi dan disesuaikan dengan materi pelajaran IPA, dan disinergikan dengan nilai-nilai karakter seperti disiplin, rasa ingin tahu, kerja keras, dan tanggung jawab.
Tahun 2018 lalu, saat gempa Palu, Syahrul bergerak cepat melakukan kegiatan Bhakti sosial, yakni memberi bantua dan motivasi ke anak-anak korban gempa di Desa Pombewe, Kecamatan Biromaru. Kabupaten Sigi. Wilayah tersebut menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak gempa bumi itu.
Baca juga :
- Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Harus Siap Hadapi Perubahan
- Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Harus Kenal dan Paham Wawasan Kebangsaan
Duta pendidikan 2019
Minat dan potensi Syahrul dalam public speaking tetap diasah selama kuliah. Ia kerap mengikuti lomba debat. Sesuai minat dan background kuliahnya di bidang pendidikan, Syahrul selalu tertarik untuk bergerak di bidang pendidikan. Ia pun kerap menjadi relawan pendidikan.
Atas upayanya itu, Syahrul bersama rekannya, Nurul Fitriani Tanjili, berhasil menjadi Duta Pendidikan Sulawesi Tengah, dan terpilih mewakili Sulawesi Tengah ke ajang Pemilihan Duta Pendidikan Indonesia yang dilaksanakan di Bandung pada 2019.
Salah satu bentuk pengabdiannya kepada masyarakat selama menjadi Duta Pendidikan yakni pernah mengajar, memberikan motivasi, dan juga mitigasi bencana kepada anak-anak di Huntara Desa Pombewe, Kabupaten Sigi. Hal itu adalah bagian dari program advokasinya Lentera Anak Bangsaku, yang bergerak dalam pemerataan pendidikan di daerah pedalaman.
Diakhir perbincangan, Syahrul menitip amanah kepada para mahasiswa, khususnya penerima BU. Syahrul mengajak untuk mengenali potensi diri dan jangan pesimis. “Coba dulu melakukan usaha ditambah doa yang kuat. Terakhir, lanjutnya, lakukan segala sesuatu dengan maksimal, “katanya.