Puslapdik– Transformasi Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP), yakni program perluasan beasiswa LPDP yang kini dikelola Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek memperoleh respons positif dari kalangan peserta didik jenjang SMA dan SMK, mahasiswa,dosen, guru SMK, dan pelaku budaya serta pimpinan perguruan tinggi.
Lembaga Survey Indonesia (LSI) melakukan survey terhadap sekitar 1079 penerima BPI yang terdiri atas peserta didik jenjang SMA dan SMK, mahasiswa,dosen, guru SMK, dan pelaku budaya. Hasilnya, sebanyak 98,7 persen mengetahui adanya program tersebut dan 85,6 persen menilai positif adanya program yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka tersebut.
Survey dilakukan melalui telepon secara random berdasarkan data yang dimiliki Puslapdik. Pelaksanaan survey dilakukan pada 6-9 Desember 2021.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan menuturkan, dari survey itu ditemukan bukti,bahwa 87, 8 persen responden penerima BPI menilai program tersebut membuat semangat untuk meningkatkan kompetensi dirinya meningkat.
“Berbagai program transformasi LPDP melalui BPI itu dinilai positif, baik manfaat maupun pelaksanaannya walaupun ada sejumlah catatan dan kekurangan yang dapat menjadi masukan bagi Kemendikbudristek untuk melakukan perbaikan di tahun tahun selanjutnya, “kata Djayadi di kanal Youtube kemendikbud ri, Kamis,30 Desember 2021.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan tersebut selama ini dikenal dalam pemberian beasiswa untuk mahasiswa S2 dan S3 di dalam dan luar negeri, untuk TNI dan Polri, serta profesi tertentu.
Melalui Program Merdeka Belajar Episode kesepuluh, Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, memperluas cakupan pemberian beasiswa LPDP. Salah satunya, pemberian beasiswa untuk pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk dosen, baik dosen perguruan tinggi akademik maupun perguruan tinggi vokasi. Inilah yang disebut transformasi dana LPDP melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI).
Pada tahun 2021 ini, yang merupakan tahun pertama penyelenggaraan BPI, ada sebanyak 2175 orang penerima manfaat BPI. Para penerima manfaat itu ada di jenjang S1, S2, dan S3, nondegree serta double degree. Para mahasiswa itu akan menjalani studi di 59 perguruan tinggi dalam negeri dan di 112 perguruan tinggi di luar negeri di 20 negara Asia, Pasifik, Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga :
- 91 Persen Mahasiswa Apresiasi Positif KIP Kuliah Merdeka
- Pesan Nadiem Bagi Para Penerima BPI Kemendikbudristek
Transparansi dan sosialisasi
Menurut 79,8 persen responden dalam survey tersebut, satuan biaya beasiswa BPI, baik di dalam maupun di luar negeri sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan biaya hidup mahasiswa.
Namun dalam survey itu juga ada sebanyak 23,7 persen dosen dan tenaga kependidikan di perguruan tinggi akademik yang menilai proses dan program yang ditawarkan belum transparan. Hal yang sama juga dihadapi 21 persen penerima manfaat dari kalangan siswa dan mahasiswa berprestasi.
“Meski tidak mayoritas,namun proporsi diatas 20 persen itu cukup signifikan sehingga harus menjadi perhatian Kemendikbudristek, “kata Djayadi.
Masalah kedua yang muncul dalam survey tersebut adalah persoalan sosialisasi. Ada 61,9 persen dosen yang meras perguruan tingginya kurang melakukan sosialisasi terkait program BPI tersebut. Begitu juga, ada 71, 3 persen dosen yang jadi responden mengakui perguruan tingginya kurang memberikan bimbingan.
Hal yang sama juga dihadapi para dosen dan tenaga kependidikan di Perguruan tinggi vokasi. Ada 50,4 persen responden yang menilai perguruan tingginya kurang melakukan sosialisasi terkait program BPI tersebut. Begitu juga, ada 43, 8 persen dosen yang jadi responden mengakui perguruan tingginya kurang memberikan bimbingan.
“Namun soal sosialisasi yang dilakukan kemendikbudristek, 93,2 persen menilai sudah memadai,dan 68,5 persen berharap sosialisasi terkait BPI ini dilakukan melalui semua kanal yang ada, “tutur Djayadi.
Persoalan yang menjadi perhatian responden adalah soal pendaftaran. Memang, 63 persen menilai masa pendaftaran sudah cukup,namun masih ada 36, 5 persen yang berharap masa pendaftaran diperpanjang dan lebih awal lagi.
Soal sosialisasi yang menjadi perhatian para responden ini,sebelumnya sudah diakui Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Abdul Kahar.
“Kami akui masih terbatas sosialisasi, salah satunya laman yang belum maksimal untuk bisa diakses, baik oleh dosen,mahasiswa, guru, pelaku budaya, maupun yang lainnya, dan tahun 2022 kami pastikan lebih baik segalanya, “kata Abdul Kahar.
Tertarik dengan rincian hasil survey tersebut?, silakan klik di SINI.